MELAYU PERLU BERSATU DAN PERLU BERGANDING BAHU MEMARTABATKAN MARUAH BANGSA , BERANI BERSUARA UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK BANGSA MELAYU TANPA MENIDAKKAN KEBAJIKAN BANGSA LAIN DI NEGARA KITA

TERKINI

TERKINI

LEGASI MELAYU RIAU

0





PETA MELAYU RAYA

KERAJAAN

BAHASA MELAYU
RIAU merupakan negeri Melayu yang dihuni jutaan pendukung aktif budaya Melayu, terutama di kampung-kampung yang masih memegang teguh tradisi/adat resam, warisan leluhur mereka dan salah satunya adalah bahasa. Orang-orang Melayu, apatah lagi yang masih beranak-pinak di negeri ini tentulah menjadikan bahasa ibunya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Orang Kuantan berbahasa Melayu dialek Kuantan, Kampar dengan dialek Kampar, Rokan Hulu dengan dialek Rokannya. Begitu pula Bengkalis, Siak, Kepulauan Meranti, Dumai, Rohil dan Inhil berbahasa Melayu dengan dialek Melayu pesisir yang juga bervariasi. Begitu pula orang Melayu Pekanbaru, Indragiri Hulu dan Pelalawan. Tidak hanya per-kabupaten/kota, bahkan setiap kampung di seluruh kawasan negeri ini memiliki ragam dialek.

Sebagai negeri yang terbuka sejak dahulu hingga saat ini, Riau yang kaya akan hasil alamnya dijadikan banyak puak lain sebagai tempat mencari penghidupan yang lebih baik. Maka berbondong-bondonglah para pendatang memadati negeri ini dengan membawa ragam adat istiadat dan bahasa ibu mereka. Namun tidak serta merta bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan sehari-hari antar puak, apalagi di kawasan perkotaan. Hal itulah yang barangkali menjadi alasan kenapa pemerintah daerah mencanangkan penggunaan bahasa Melayu Riau sebagai bahasa resmi dan pergaulan, minimal sehari dalam satu pekannya.

Ketua Umum Dewan Pengurus Harian (DPH) LAM Riau Al azhar mengilustrasikan bahwa orang Melayu Riau harus percaya diri untuk menjadikan bahasa ibunya sebagai bahasa resmi dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat Riau yang heterogen. Ada tiga pemikiran penting kenapa bahasa Melayu Riau dicanangkan sebagai bahasa resmi, pertama, penjajahan bahasa Indonesia yang mengalami perkembangan begitu pesat. Kedua, bahasa Melayu Riau dengan ragam dialeknya jangan sampai kalah dengan bahasa pasar yang dibawa para pendatang dan ketiga, agar orang-orang luar atau dagang atau perantau yang datang ke Riau berusaha untuk menyatu dengan lingkungan tempatnya berada bukan membentuk koloni, kelompok eksklusif yang bisa menimbulkan ketegangan antar kelompok.

‘’Tiga hal di atas menjadi pertimbangan penting untuk melestarikan bahasa Melayu Riau dengan ragam dialeknya karena pelestarian bahasa tempatan merupakan pelestarian kekerabatan dan keakraban semua penggunanya,’’ ungkap Al azhar usai prosesi adat pada hari jadi LAM Riau ke-42 tahun.

Dikatakan Al azhar, ini sebuah proses yang cukup panjang, dan ini tidak bisa disamaratakan sebab setiap kawasan akan memiliki tantangan yang berbeda. Tambahan pula, ini sudah jadi gejala umum dan tidak pula perlu dicurigai atas upaya orang Pulau Jawa yang mewajibkan warganya untuk mempelajari bahasa Jawa atau Sunda. ‘’Kita tidak curiga soal itu dan justru menghormatinya. Kita juga berharap pada saudara kita di luar Melayu bisa mengapresiasi itu seperti kita mengapresiasi mereka,’’ ulasnya.

Pada praktiknya, pemerintah provinsi sudah meminta Dinas Pendidikan provinsi untuk segera melaksanakannya dan bekerja sama dengan LAM Riau. Selain itu, LAM kabupaten/kota juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan kabupaten untuk meneruskannya ke sekolah-sekolah. Sehingga imbauan ini bisa segera dipraktikkan di lapangan yang akhirnya bahasa Melayu Riau bisa menjadi peraturan daerah. ‘’Kita juga mengharapkan kerja sama semua pihak untuk mendukung imbauan ini sehingga bahasa Melayu Riau bisa menjadi bahasa pergaualan sehari-hari seperti di provinsi lain di Indonesia. Apalagi layaknya bahasa akan lebih mudah dipahami dengan mengalami yakni didengar dan ditirukan. Sebagai contoh nyata, Rabu (13/6) nanti, Pemkab Rohul akan mensosialisasikan melalui Peraturan Bupati dan mulai hari Rabu penggunaan bahasa Melayu di lima luhak langsung diberlakukan dan kami berharap kabupaten/kota lain segera melakukan hal serupa,’’ kata Al azhar.

Sementara itu, Sastrawan Riau Taufik Ikram Jamil menyambut baik atas imbauan tersebut. Riau merupakan negeri dengan penduduknya yang heterogen dan hal itu perlu disyukuri. Jangankan dengan puak lain, dengan sesama Melayu Riau pun dialeknya sangat beragam. Karenanya, perlu diusahakan untuk penggalian bahasa agar Riau bisa menyumbangkan lagi bagi Indonesia seperti bahasa Indonesia itu sendiri. Semua ini adalah soal peradaban dan bahasa adalah salah satu komponen peradaban tertinggi. Sifatnya memang masih berupa imbauan dan sebaiknya imbauan sudah kuat untuk segera dilaksanakan.

‘’Memang persentase orang Melayu Riau menggunakan bahasa ibunya masih banyak namun hal itu perlu dipertegas melalui peraturan daerah sehingga bahasa Melayu Riau nantinya dapat mempersatukan semua puak yang ada di negeri ini,’’ ungkap Taufik Ikram Jamil meyakinkan.

Ditambahkannya, dialek Melayu Riau antara lain Kuantan, Kampar, pesisir dan kepulauan. Bahasa dengan dialek Melayu Pesisir dan Kepualan sudah dipakai sejak zaman keemasan Melayu Riau sebagai bahasa pemersatu yakni ‘lingua franca’. Bahkan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau dan secara ekstrem bisa saja dikatakan bahwa sejak Sumpah Pemuda 1928 rakyat Indonesia sudah menggunakan bahasa Melayu dialek Indonesia.

Sebagaimana dipertegas pula oleh Al azhar bahwa hal ini benar adanya. Namun bukan berarti, mereka mengatakan Riau lebih besar dari Indonesia. Hanya saja secara historis yang itu sangat mungkin dan masuk akal. Artinya, ini bukan pula sejarah pertama bahkan banyak pula bahasa puak-puak di negeri-negeri dunia yang juga mengalami sejarah serupa.

Diuraikan Al azhar, bahasa Indoensia awal dibuat oleh Belanda untuk menghadapi gempuran bahasa Melayu pasar atau Cina. Karena di masa itu, kelompok Cina peranakan cukup aktif menulis dalam bahasa Melayu Pasar (Cina). Saat itu, Belanda mengalami kesulitan untuk menstrukturisasikannya secara linguistik maka pihak Belanda yang cukup akrab dengan teks bahasa Melayu tinggi (Istana) menjadikan imbang jaya untuk melawan bahasa Melayu pasar.

Kenapa Belanda mengadopsi bahasa Melayu tinggi? Karena lebih mudah distrukturisasikan secara linguistik dan bahasa Melayu tinggi tersebut mereka jadikan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah pribumi yang didirikan Belanda.

Bahasa Melayu Riau yang dijadikan sebagai titik awal penciptaan bahasa Indonesia atau dikenal sebagai bahasa Balai Pustaka tersebut tidak sulit untuk dipelajari. Karena itu, Riau sebagai negeri Melayu perlu mengajak semua puak yang hidup di dalamnya untuk menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaualan sehari-hari. Meski akan menuai banyak protes atau kritikan namun LAM Riau tetap bersikukuh hal itu perlu dilakukan sebagaimana yang dirisaukan para pendirinya sejak 42 tahun silam.***

0 comments: